Kamis, 19 Januari 2017

CERPEN - Bahasa Indonesia



Cerpen
AKU DIHARI LIBUR

Terdengar sangat keras di telingaku, suara yang tidak asing. Apa lagi kalau bukan suara ayam jantan dan suara azdan untuk membangunkan masyarakat sekitar, untuk segera bergegas menunaikan shalat subuh dan bersiap-siap untuk beraktifitas. Rasa ngantuk dan dingi ini sungguh membuatku tak bisa bangun nyaris menarik selimut dan melanjutkan tidur. Pikirku hari libur sekolah adalah hari di mana Aku bisa tidur lebih lama, bangun siang pun tak apa.
Tidurku sedikit terganggu karena suara teriakan teman-tamanku memanggil-maggil namaku, karena rasa ngantuk yang sangat berat akhirnya Aku menghiraukan teman-temanku. Yaa Aku hampir lupa, biarpun sekolah libur, tetep aja kewajianku sebagai ummat Muslim harus tetap Aku laksanakan, dan ngaji setiap subuh itu harus tanpa ada hari libur, meskipun itu dihari libur. Tidak lama kemudian terdengar suara kaki yang sedang berjalan menuju kamarku. Ya siapa lagi kalau bukan kakaku kemudian ia membangunkan ku.
Kaka : “Flora, bangun!! Bangun!! Tuhh teman-tamanmu sudah menjemput ngaji shubuh!! Ayoo bangun shalat subuh, ngaji. ‘ntar kesiangan lohh, ‘ntar dimarahin sama pak Ustadz Yusuf emangnya mau??” Mendengar kalimat ‘dimarahin’ langsung terlitas dalam benakku pak Ustadz marah, pasti ia memukul tanganku dengan sapu. Awww rasanya pasti sakitt sekali. Akhirnya Aku bangun.
Aku : “ Iya ka, Aku bangun”.
Begitulah keseharianku dipagi hari, bangun shubuh kemudian ngaji ke rumah pak Ustadz, selesai mengaji Aku dan teman-teman membantu istri pak Ustad rapi-rapi rumahnya seperti mengepel, nyapu dalam, nyapu luar, dan lain sebagainya. Ya kita sudah biasa dan sudah menganggap rumah pak Ustadz seperti rumah kita sendiri. Karena, terkadang kita menginap di rumahnya.
Yuli : “Flora, Kamu disuruh nyapuin halaman! Sama si Dini berdua”. Yuli memerintah.
Aku : “Oke, sifttlahh. Di mana si Dininya?”
Yuli : “Dia baru selesai ngaji tuhh, masih di dalam”.
Aku : “Owhh, okekklahh. Oiya sapunya di mana? Soalnya Aku ‘ngga ngeliat ada sapu di sekitar sini??”
Yuli : “Wahh bener juga kata Kamu. Sebentar yahh Aku tanyain dulu sama istri pak Ustadz”.
Aku : “Sippokkekklah kalo gitu. Kalau udah ada kasih tau yahh!!”. Yulipun pergi ke istri pak Ustadz buat nanyain sapu. Tidak lama setelah Yuli pergi, tiba-tiba Aku mendengar suara orang yang memanggilku.
Dini : “Flora? Flora?”. Rupanya itu si Dini yang manggil Aku
Dini : “Kata Yuli, kita teh nyapuin halaman yahh?”
Aku : “Iya hooh. Tapi sapunya aja belum adaL”.
Dini : “Ini sapu. Dari Yuli.”
Aku : “Owalahh kenapa Kamu teh ‘ngga bilang dari tadi kalo sapu teh udah ada di Kamu?”
Dini : “HeheheheJ
Aku : “Lahh malah ketawa lagi.. ^-^”
Dini : “Yaudah atuhh maafL. Hayuu ahhh nyapu!”
Aku : “Yaudah atuh hayu..”
Aku adalah orang yang super tomboy, banya sekali orang yang menyebutku sebagai ‘Preman Kampung’. Bahkan teman-temanku di sekolah juga menyebutku seperti itu dan banyak juga yang suka mengejekku. Tapi Aku orangnya ‘masa bodo’ jadinya. Siapapun yang mengejekku atau apalah, Aku lebih suka mengabaikannya. ‘Aku mahh gitu sihh orangnya’.  Teman-temanku tidak hanya dari kalangan perempuannya. Tapi banyak juga anak laki-lakinya. Kerjaan kita sehari-hari itu udah kaya si Bolang aja, ke kebun, atau ke tempat yang bisa buat kita seneng aja. Yahh contohnya alat ini, Aku dan teman-teman suka banget sama alat kaya gini, main perang-perangan, bikinnya juga ‘ngga susah lagi. Haha lucu yahh JJJ.
Andi : “Joni, minjem pisaunya bentar donk?”
Joni : “Pisaunya ada di si Flora tuhh, tadi dipinjem sama Dia”. Joni memberi tahu.
Andi : “Lahh di mana tuhh bocah? Perasaan dari tadi ‘ngga liat Dia??”
Dini : “Nyari si Flora bukan?”. Dini menyambung percakapan.
Andi : “Iya, liat ga?”
Dini : “Tuhh deket di bawah pohon rambutan, sambil ngadem katanya mahh.” Sambil menunjuk kearahku.
Andi : “Owh, di situ rupanya tuhh bocah”.
Andi : “Flora? Pisaunya si Joni udah belum? Mau minjem bentar nihhK!”.
Aku : “Apa Andi? Pisau? Iya udah nihh, baru aja kelar punya Aku. Kalian udah pada selesai belum?”
Andi : ”Okekklah. Belum, bentar lagi kelar. Makanya aku butuh pisau, buat ngerapiin nihh, soalnya tinggal dirapiin aja sihh”.
Dini : “Udah donkk dari tadi geJJ”. Dengan girangnya Dini menjawab.
Joni : “Alhamdulillah udah nihh”.
Ucup : “Aku belum nihh, kepanjangan bambunya. Tinggal motong doank sihh.
Aku : “Owhh ayoo donkk cepetan selesain! Ga sabar nihh pengen buru-buru perang”.
Nila : “YeeeeJJJ. Punyaku udah selesai nihhh”. Tiba-tiba Nila teriakk karena senang.
Andi : “Mana coba liat Kita?”.
Nila : “Nihh kalau ga percaya mahh!!”
Ucup : Wah wah wahh, si Nila, hebatt yahh. Bikin paling pertama, kelarnya pling terakhir. Wkwkwkw”. Dengan nada meledek Nila.
Nila : “Biarin sihh, yang penting sekarang udah jadi wewwww..”.
          Akhirnya apa yang Kita buat udah jadi. Waktunya berperang.
Kelereng adalah alat main ku dan teman-temanku. Setelah main perang-perangan, Kita melanjutkannya dengan bermain kelereng. Permainan ini tidak hanya seru, tapi juga mengajarkan Kita bagaimana Kita jeli, teliti, agar tepat pada sasaran. Yahh itulahh yang Ku tahu tentang permainan ini. Aku pernah dimarahi sama kaka ipar Ku, istri kakaku. Gara-gara suka ga inget waktu. Karena saking serunya main kelereng.
          Masih banyak permainan yang sering Aku lakukan dan teman-temanku. Seprti main petak umpet, main sondah, main kucing-kucingan, lempar bola dan lain sebagainya. Aku dan teman-teman juga tidak pernah lupa untuk shalat Zuhur dan Ashar. Kita semua melaksanakan shalat Zuhur di rumahnya Dini, karena rumahnya lebih dekat dengan tempat main Kita. Sebentar lagi Ashar. Setelah selesai bermain Kita pulang ke rumah masing-masing. Mandi, makan dan lain sebagainya. Sampai akhirnya setelah Maghrib Kita ketemu lagi di tempat ngaji, yaitu di majlis.
Dini : “Nila, Flora?” Dini memamggil Aku dan Nila.
Nila : “ Ehh, haii. Baru dateng yahh?”.
Dini : “Iya nihh, tadi tuhh abis nyamperin Ucup, Andi sama Joni dulu”.
Aku : “ Mana Qur’an, buku sama pulpennya? Wahh ga bawa yah??”
Dini : “HeheheJJ, kalau Qur’an udah Aku titipin sama bocah. Tapi, kalau buku sama pulpen, Aku lupa bawa”.
Aku dan Nila : “Diniiiiiii!!!” Kita berteriakk di telinganya Dini.
Dini : “Ihh apaan sihhh kalian ini? Selow aja kalii, ‘ngga bakal lagi ko’. Janji dehh.
Nila : “Yaudah iya dah. Oiya katanya Kamu tadi abis nyamperin Udin, Ucup sama Joni? Mana mereka?”.
Dini : “Hehe. Owhh mereka. Iya entar mereka nyusul. Yaudah Kita masuk aja dulu. Ntar pak Ustadz Yusuf keburu dateng aja.
Aku : “Yaudah iya hayuu”. Kita bertiga langsung menuju Majlis dan duduk didekat tempat duduk pak Ustadz.
Tidak lama kemudian, pak Ustad datang berbarengan dengan Ucup, Andi dan Joni. Kita duduk berhadap-hadapan. Yang perempuan di samping kiri pak Ustadz dan laki-lakinya di Samping kanan pak Ustadz. Begitulah kebisaannya.
Pak Ustadz : “Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh”.
Semua : “Wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh”.
Pak Ustadz : “Insha Allah yahh tanpa Ustadz tanya kabar kalian, kalian semua pada sehatkan?
Semua : “Iya pak Ustadz”.
Pak Ustadz : “Alhamdulillah. Baik, untuk malam ini, kita tidak mengaji Qur’an dulu yahh. Hanya saja ada beberapa hal yang Ustadz ingin sampaikan kepada anak-anak Ustadz sekalian. Pertama, jangan pernah kalian lalai dari sahlat kalian yang 5 waktu. Kalau bisa, laksanakan juga shalat-shalat sunnahnya. Jangan pernah kalian ngebantah sa21ma perintah orang tua kalian. Teruntuk Kau Flora. Kedua orang tuamu sudah meninggal. Jadi, tugasmu adalah mendo’akan merka dan juga membantu kakakmu mengerjakan pekerjaan rumah yahh. Yang kedua, jika kalian sudah besar nanti, kalian harus bisa jaga diri kalian masing-masing. Carilah teman yang bisa mengajak kepada kebaikkan atau bisa mengingatkan satu sama lain. Karena, tidak selamanya kalian semua bisa bareng-bereng kaya gini yahh. Yang Ustadz senangi dari setiap pertemanan kalian ini adalah, kalian berteman tanpa ditemani gedged.  Yang ketiga, jika kalian sukses nanti, jangan lupa sama rumah, sama tempat kamu di sini. Harus seperti burung, sejauh apapun ia terbang, ia tidak pernah lupa sama sarang dan asalnya.
Aku : “Iya pak Ustadz, insha Allah Saya pasti mendo’akan mereka dan membantu kakak Saya di rumah”.
Nila : “Hmmm, so sweet banget sihh Kamu, Flora”.
Pak Ustadz : “Sutt, Nila Kamu ‘ngga boleh begitu
Nila : “Hehe, iya pak Ustadz, tadikan cuma bercanda”.
Pak Ustadz : “Yaudah mungkin hanya itu saja yang Ustadz dapat sampaikan pada anak ustadz sekalian. Semoga bermanfaat. Jangan lupa yang perempuannya shalat berjama’ah di sini dan yang laki-lakinya di Masjid. Yang batal wudlu lagi yahh. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh”. Pak Ustadz menutup.
Semua : “Siap pak Ustadz. Wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh”.
Akhirnya Aku dan semua temanku sepengajian melaksanakan shalat Isya berjama’ah, sesuai perintah pak Ustadz, laki-laki di Masjid dan perempuannya di Majlis. Yang perempuan diimami oleh Yuli, karena menurut Kita, Yuli adalah orang yang paling bisa dan juga ia orangnya sangat cerdas. Setelah selesai mengerjakan shalat, Kita semua pulang ke rumah masing-masing.
Sepulang dari pengajian, setelah salamaan sama kakakku, Aku nyaris langsung ke kamar. Karena Aku merasa sedikit lelah setelah banyaknya kegiatan yang Aku lakukan seharian ini. Dan sebelum Aku tidur, Aku sedikit merenungkan perkataan pak Ustadz. “Bener juga yahh kata pak Ustadz, suatu saat Aku akan dan harus menjadi orang yang sukses. Namun, Aku tidak sukses sendiri, melainkan sukses bersama-sama dengan temanku”.

*Sekian*

Created by: Siti Sa’diah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar