Cerpen
AKU
DIHARI LIBUR
Terdengar
sangat keras di telingaku, suara yang tidak asing. Apa lagi kalau bukan suara
ayam jantan dan suara azdan untuk membangunkan masyarakat sekitar, untuk segera
bergegas menunaikan shalat subuh dan bersiap-siap untuk beraktifitas. Rasa
ngantuk dan dingi ini sungguh membuatku tak bisa bangun nyaris menarik selimut
dan melanjutkan tidur. Pikirku hari libur sekolah adalah hari di mana Aku bisa
tidur lebih lama, bangun siang pun tak apa.
Tidurku
sedikit terganggu karena suara teriakan teman-tamanku memanggil-maggil namaku,
karena rasa ngantuk yang sangat berat akhirnya Aku menghiraukan teman-temanku. Yaa
Aku hampir lupa, biarpun sekolah libur, tetep aja kewajianku sebagai ummat
Muslim harus tetap Aku laksanakan, dan ngaji setiap subuh itu harus tanpa ada
hari libur, meskipun itu dihari libur. Tidak lama kemudian terdengar suara kaki
yang sedang berjalan menuju kamarku. Ya siapa lagi kalau bukan kakaku kemudian
ia membangunkan ku.
Kaka : “Flora, bangun!! Bangun!! Tuhh teman-tamanmu sudah
menjemput ngaji shubuh!! Ayoo bangun shalat subuh, ngaji. ‘ntar kesiangan lohh,
‘ntar dimarahin sama pak Ustadz Yusuf emangnya mau??” Mendengar kalimat
‘dimarahin’ langsung terlitas dalam benakku pak Ustadz marah, pasti ia memukul
tanganku dengan sapu. Awww rasanya pasti sakitt sekali. Akhirnya Aku bangun.
Aku
: “ Iya ka, Aku bangun”.
Begitulah
keseharianku dipagi hari, bangun shubuh kemudian ngaji ke rumah pak Ustadz,
selesai mengaji Aku dan teman-teman membantu istri pak Ustad rapi-rapi rumahnya
seperti mengepel, nyapu dalam, nyapu luar, dan lain sebagainya. Ya kita sudah
biasa dan sudah menganggap rumah pak Ustadz seperti rumah kita sendiri. Karena,
terkadang kita menginap di rumahnya.
Yuli : “Flora, Kamu disuruh nyapuin halaman! Sama si Dini
berdua”. Yuli memerintah.
Aku
: “Oke, sifttlahh. Di mana si Dininya?”
Yuli
: “Dia baru selesai ngaji tuhh, masih di dalam”.
Aku : “Owhh, okekklahh. Oiya sapunya di mana? Soalnya Aku
‘ngga ngeliat ada sapu di sekitar sini??”
Yuli : “Wahh bener juga kata Kamu. Sebentar yahh Aku tanyain
dulu sama istri pak Ustadz”.
Aku : “Sippokkekklah kalo gitu. Kalau udah ada kasih tau
yahh!!”. Yulipun pergi ke istri pak Ustadz buat nanyain sapu. Tidak lama
setelah Yuli pergi, tiba-tiba Aku mendengar suara orang yang memanggilku.
Dini : “Flora?
Flora?”. Rupanya itu si Dini yang manggil Aku
Dini : “Kata
Yuli, kita teh nyapuin halaman yahh?”
Aku : “Iya
hooh. Tapi sapunya aja belum adaL”.
Dini : “Ini
sapu. Dari Yuli.”
Aku : “Owalahh kenapa Kamu teh ‘ngga bilang dari tadi kalo
sapu teh udah ada di Kamu?”
Dini : “HeheheheJ”
Aku : “Lahh
malah ketawa lagi.. ^-^”
Dini : “Yaudah
atuhh maafL. Hayuu ahhh nyapu!”
Aku
: “Yaudah atuh hayu..”
Aku
adalah orang yang super tomboy, banya sekali orang yang menyebutku sebagai
‘Preman Kampung’. Bahkan teman-temanku di sekolah juga menyebutku seperti itu
dan banyak juga yang suka mengejekku. Tapi Aku orangnya ‘masa bodo’ jadinya.
Siapapun yang mengejekku atau apalah, Aku lebih suka mengabaikannya. ‘Aku mahh
gitu sihh orangnya’. Teman-temanku tidak
hanya dari kalangan perempuannya. Tapi banyak juga anak laki-lakinya. Kerjaan
kita sehari-hari itu udah kaya si Bolang aja, ke kebun, atau ke tempat yang
bisa buat kita seneng aja. Yahh contohnya alat ini, Aku dan teman-teman suka
banget sama alat kaya gini, main perang-perangan, bikinnya juga ‘ngga susah
lagi. Haha lucu yahh JJJ.
Andi : “Joni, minjem pisaunya bentar donk?”
Joni : “Pisaunya ada di si Flora tuhh, tadi
dipinjem sama Dia”. Joni memberi tahu.
Andi : “Lahh di mana tuhh bocah? Perasaan dari
tadi ‘ngga liat Dia??”
Dini : “Nyari si Flora bukan?”. Dini menyambung
percakapan.
Andi : “Iya, liat ga?”
Dini : “Tuhh deket di bawah pohon rambutan, sambil ngadem
katanya mahh.” Sambil menunjuk kearahku.
Andi : “Owh, di situ rupanya tuhh bocah”.
Andi : “Flora? Pisaunya si Joni udah belum? Mau minjem bentar
nihhK!”.
Aku : “Apa Andi? Pisau? Iya udah nihh, baru aja kelar punya
Aku. Kalian udah pada selesai belum?”
Andi : ”Okekklah. Belum, bentar lagi kelar. Makanya aku butuh
pisau, buat ngerapiin nihh, soalnya tinggal dirapiin aja sihh”.
Dini : “Udah donkk dari tadi geJJ”. Dengan
girangnya Dini menjawab.
Joni : “Alhamdulillah udah nihh”.
Ucup : “Aku belum nihh, kepanjangan bambunya. Tinggal motong
doank sihh.
Aku : “Owhh ayoo donkk cepetan selesain! Ga sabar nihh pengen
buru-buru perang”.
Nila : “YeeeeJJJ. Punyaku
udah selesai nihhh”. Tiba-tiba Nila teriakk karena senang.
Andi : “Mana coba liat Kita?”.
Nila : “Nihh kalau ga percaya mahh!!”
Ucup : Wah wah wahh, si Nila, hebatt yahh. Bikin paling
pertama, kelarnya pling terakhir. Wkwkwkw”. Dengan nada meledek Nila.
Nila : “Biarin sihh, yang penting sekarang udah
jadi wewwww..”.
Akhirnya
apa yang Kita buat udah jadi. Waktunya berperang.
Kelereng
adalah alat main ku dan teman-temanku. Setelah main perang-perangan, Kita
melanjutkannya dengan bermain kelereng. Permainan ini tidak hanya seru, tapi
juga mengajarkan Kita bagaimana Kita jeli, teliti, agar tepat pada sasaran.
Yahh itulahh yang Ku tahu tentang permainan ini. Aku pernah dimarahi sama kaka
ipar Ku, istri kakaku. Gara-gara suka ga inget waktu. Karena saking serunya
main kelereng.
Masih banyak permainan yang sering Aku
lakukan dan teman-temanku. Seprti main petak umpet, main sondah, main
kucing-kucingan, lempar bola dan lain sebagainya. Aku dan teman-teman juga tidak
pernah lupa untuk shalat Zuhur dan Ashar. Kita semua melaksanakan shalat Zuhur
di rumahnya Dini, karena rumahnya lebih dekat dengan tempat main Kita. Sebentar
lagi Ashar. Setelah selesai bermain Kita pulang ke rumah masing-masing. Mandi,
makan dan lain sebagainya. Sampai akhirnya setelah Maghrib Kita ketemu lagi di
tempat ngaji, yaitu di majlis.
Dini : “Nila, Flora?” Dini memamggil Aku dan Nila.
Nila : “ Ehh, haii. Baru dateng yahh?”.
Dini : “Iya nihh, tadi tuhh abis nyamperin Ucup,
Andi sama Joni dulu”.
Aku : “ Mana Qur’an, buku sama pulpennya? Wahh ga
bawa yah??”
Dini : “HeheheJJ, kalau
Qur’an udah Aku titipin sama bocah. Tapi, kalau buku sama pulpen, Aku lupa
bawa”.
Aku dan Nila : “Diniiiiiii!!!” Kita berteriakk di telinganya
Dini.
Dini : “Ihh apaan sihhh kalian ini? Selow aja kalii, ‘ngga
bakal lagi ko’. Janji dehh.
Nila : “Yaudah iya dah. Oiya katanya Kamu tadi abis nyamperin
Udin, Ucup sama Joni? Mana mereka?”.
Dini : “Hehe. Owhh mereka. Iya entar mereka nyusul. Yaudah
Kita masuk aja dulu. Ntar pak Ustadz Yusuf keburu dateng aja.
Aku : “Yaudah iya hayuu”. Kita bertiga langsung
menuju Majlis dan duduk didekat tempat duduk pak Ustadz.
Tidak
lama kemudian, pak Ustad datang berbarengan dengan Ucup, Andi dan Joni. Kita
duduk berhadap-hadapan. Yang perempuan di samping kiri pak Ustadz dan laki-lakinya
di Samping kanan pak Ustadz. Begitulah kebisaannya.
Pak Ustadz : “Assalamu’alaikum warohmatullahi
wabarokatuh”.
Semua : “Wa’alaikumussalam warohmatullahi
wabarokatuh”.
Pak Ustadz : “Insha Allah yahh tanpa Ustadz tanya kabar
kalian, kalian semua pada sehatkan?
Semua : “Iya pak Ustadz”.
Pak Ustadz : “Alhamdulillah. Baik, untuk malam ini, kita tidak
mengaji Qur’an dulu yahh. Hanya saja ada beberapa hal yang Ustadz ingin
sampaikan kepada anak-anak Ustadz sekalian. Pertama, jangan pernah kalian lalai
dari sahlat kalian yang 5 waktu. Kalau bisa, laksanakan juga shalat-shalat
sunnahnya. Jangan pernah kalian ngebantah sa21ma perintah orang tua kalian.
Teruntuk Kau Flora. Kedua orang tuamu sudah meninggal. Jadi, tugasmu adalah
mendo’akan merka dan juga membantu kakakmu mengerjakan pekerjaan rumah yahh.
Yang kedua, jika kalian sudah besar nanti, kalian harus bisa jaga diri kalian
masing-masing. Carilah teman yang bisa mengajak kepada kebaikkan atau bisa
mengingatkan satu sama lain. Karena, tidak selamanya kalian semua bisa
bareng-bereng kaya gini yahh. Yang Ustadz senangi dari setiap pertemanan kalian
ini adalah, kalian berteman tanpa ditemani gedged. Yang ketiga, jika kalian sukses nanti, jangan
lupa sama rumah, sama tempat kamu di sini. Harus seperti burung, sejauh apapun
ia terbang, ia tidak pernah lupa sama sarang dan asalnya.
Aku : “Iya pak Ustadz, insha Allah Saya pasti mendo’akan
mereka dan membantu kakak Saya di rumah”.
Nila : “Hmmm, so sweet banget sihh Kamu, Flora”.
Pak Ustadz : “Sutt, Nila Kamu ‘ngga boleh begitu
Nila : “Hehe, iya pak Ustadz, tadikan cuma bercanda”.
Pak Ustadz : “Yaudah mungkin hanya itu saja yang Ustadz dapat
sampaikan pada anak ustadz sekalian. Semoga bermanfaat. Jangan lupa yang
perempuannya shalat berjama’ah di sini dan yang laki-lakinya di Masjid. Yang
batal wudlu lagi yahh. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh”. Pak
Ustadz menutup.
Semua : “Siap pak Ustadz. Wa’alaikumussalam
warohmatullahi wabarokatuh”.
Akhirnya
Aku dan semua temanku sepengajian melaksanakan shalat Isya berjama’ah, sesuai
perintah pak Ustadz, laki-laki di Masjid dan perempuannya di Majlis. Yang
perempuan diimami oleh Yuli, karena menurut Kita, Yuli adalah orang yang paling
bisa dan juga ia orangnya sangat cerdas. Setelah selesai mengerjakan shalat, Kita
semua pulang ke rumah masing-masing.
Sepulang
dari pengajian, setelah salamaan sama kakakku, Aku nyaris langsung ke kamar.
Karena Aku merasa sedikit lelah setelah banyaknya kegiatan yang Aku lakukan
seharian ini. Dan sebelum Aku tidur, Aku sedikit merenungkan perkataan pak
Ustadz. “Bener juga yahh kata pak Ustadz, suatu saat Aku akan dan harus menjadi
orang yang sukses. Namun, Aku tidak sukses sendiri, melainkan sukses
bersama-sama dengan temanku”.
*Sekian*
Created
by: Siti Sa’diah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar